Jumat, 16 Desember 2011

Ketakutan Yang Tidak Perlu Ditakutkan


Satu miggu sudah saya ada  di pondok APPI ANNUR Lasem, dan saya sudah bisa beradaptasi dangan alam pondok, termasuk bagaimana cara makan bersama 6 orang dalam satu tampah. Sempat saya terkejut ketika pertama saya melakukan itu, tapi setelah lama itupun menjadi biasa dan enak pula rasanya beberapa bulan sayapun sudah berani tidur di masjid. Ketka pertama saya ke mesjid, melewati gedung bioskup namanya AMOR(sekarang masih ada atau tidak?). Ada beberapa hal yang saya cukup ketakutan meski sesungguhnya tidak perlu ditakutkan

Ketakutan pertama satu waktu dari ucapan teman teman bahwa kang Tamim kena denda karena melanggar aturan, yaitu tidak hari libur kang Tamim nonton film di gedung AMOR. Rupanya isu itu makin hari terus berkembang. Saking takutnya saya, maka pas beliau Syaih Manshur sedang istirahat saya mindik-mindik sowan beliau yang sedang istirahat. Saya mau matur apa ada nya, bahwa saya tidak nonton/melihat biaskup di AMOR, tapi lewat AMOR iya ketika mau berangkat ke mesjid untuk tidur di sana. Mungkin teman-teman melihat saya ketika melihat gambar yang ada di luar itu. Beliau Syaih ngendika "Yo wis ora apa-apa", hati saya pun jadi lega.

Ketakutan yang kedua adalah sangat menggelikan ketika saya mau mengaji Inganah di Sumber Girang kepada Kyai Bedowi jam 5.30 pagi. Satu ketika lewat depan Pecinan saya di kejutkan suara anjing yang sangat keras meski dirantai di dalam pagar. Saya pun lari tunggang langgang. Setelah ditanya oleh beberapa orang, saya hanya di tertawakan pikiran saya “ASEM UKUR DI GUYU TOK

Demikian pula ketakutan yang sama saya alami di Pondok Al Hidayah yang di asuh oleh Syaih Ma’sum atau orang bilang mbah Ma’shum. Satu ketika pengajian lebar asar yang di tangani langsung oleh syaih dengan di bantu oleh asistennya yang bernama Mustofa dan Hablul Bari, mengajarkan kitab Taqrib. Di musholla utara jalan itu, ketika saya mau mengaji kok kelihatan sepi tidak ada yang di luar, semua di dalam musholla. Saya yang tidak tahu apa-apapun menempati tempat itu di luar seperti biasanya.

Tapi rupanya mbah Syaih pirso kalau ada santri yang di luar .Beliau pun bertanya “SOPO KUWI NENG NJOBO MLEBU" sayapun masuk dengan penuh ketakutan. Setelah saya duduk, beliau bangun menuju ketempatam saya dan saya ditarik di dudukan disebelah kanannya, dekat dngan Mustofa yang membaca kitab taqrib itu. Pikiran aya "TOBAT ORA ILOK BAGAIMANA KALAU DI DAWUHI MOCO.” Saya hanya memohon kepada Allah semoga saya tidak di dawuhi moco. Sampai pada pengajian selesai saya tidak di-dawuhi. Saya mengucapkan alhamdulillah berkali-kali dalam hati.

Kejadian selanjutnya bahwa satu ketika saya sedang membaca surat kabar. Di tempat pengunguman dekat pintu.masuk pondok. Tanpa saya ketahui mbah ada di belakang saya. Berdiri sebentar, kemudian mendekati saya dan tak tahunya beliau ngusap di atas bibir atas saya ke kanan dan ke kiri. Karuan saja saya takutnya bukan main di samping tentu bangga , bahwa beliau ternyata perhatian sama saya meski hanya sesaat itu saja.

Kejadian itu terjadi pada saat saya nyantri di Pondok Pesanten APPI ANNUR dan ikut mengaji di ALHIDAYAH pada kurang lebih 52 tahun yang lalu
Semoga smua itu membawa barokah kepada saya. Amin..  .

Somolangu, 16-1-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda atas tulisan ini: